Rabu, 29 Agustus 2012

Solusi Mengatasi Kurang Motivasi Belajar Siswa


Solusi Mengatasi Kurang Motivasi Belajar Siswa

Kurang atau rendahnya belajar seorang  peserta didik bukan suatu hal yang tanpa sebab, akan tetapi ada sebabnnya. Yang mana telah dikemukakan di depan bahwa sebab- sebab rendahnya atau kurangnya motivasi belajar siswa itu berasal dari guru, sekolah, dan teman- temannya, dari pihak keluarga terutama ayah dan ibu atau saudara- saudaranya, dan juga berpangkal dari diri sendiri, kesehatan pribadi dan reaksi- reaksi terhadap lingkungannya. Untuk membantu peserta didik yang kurang motivasi belajar, perlu kita ketahui terlebih dahulu hal- hal yang melatar belakanginya. Seperti halnya pada masalah bimbingan dan konselig pada umumnya, pada masalah rendahnya motivasi belajar yang dicoba diperbaiki atau dihilangkan bukan motivasinya tetapi hal- hal yang melatar belakanginya.

Disamping pemberian layanan- layanan secara khusus terhadap peserta didik yang kurang memiliki motivasi belajar, dengan latar belakang masing- masing yang secara khusus pula, konselor atau guru pembimbing dapat melakukan berbagai kegiatan untuk meningkatkan motivasi belajar para siswa. Pembangkitan motivasi ini dapat dilakukan secara langsung oleh konselor atau guru pembimbing sendiri, dapat  juga dilakukan melalui guru kelas, guru bidang studi atau guru- guru pembina kegiatan ekstra kurikuler.
Dibawah ini beberapa upaya untuk mengatasi kurangnya motivasi belajar siswa yang dilakukan oleh konselor antara lain:

1. Konselor dapat memberikan informasi, penjelasan disertai dengan contoh- contoh tentang pentingnya belajar, kemajuan- kemajuan yang dapat dicapai dalam belajar, orang- orang sukses karena rajin dan giat belajar.
2. Terhadap kelas, kelompok atau individu peserta didik yang berprestasi diberi pujian, ganjaran ataupun hadiah. Untuk membangkitkan motivasi belajar secara sederhana konselor dapat melakukan melalui pemberian pujian. Pujian akan membangkitkan semanagat.
3. Penghargaan terhadap pribadi anak, semua orang termasuk anak- anak dan remaja ingin diterima dan dihargai. Upaya untuk membangkitkan motivasi belajar perlu dilandasi oleh sikap dan penerimaan yang wajar dan konselor terhadap keberadaan dan pribadi siswa.[10]
  Dibawah ini beberapa upaya untuk mengatasi kurangnya motivasi belajar siswa yang dilakukan oleh guru antara lain:
1.      Menjelaskan manfaat dan tujuan dari pembelajaran yang diberikan. Tujuan yang jelas dan manfaat yang betul- betul dirasakan oeh peserta didikkanmembangkitkan motivasi belajar siswa.
2.      Memilih materi yang atau bahan pembelajaran yang benar- benar dibutuhkan oleh peserta didik, yang mana yang dibutuhkan akan menarik minat siswa, dan minat merupakan salah satu bentuk dari motivasi.
3.      Memilih cara penyajian yang bervariasi yang mana sesuai dengan kemapuan peserta didik dan banyak memberi kesempatan kepada peserta didik untuk ikut andil atau berpartsipasi dalam kelas tersebut, yang mana peserta didik akan lebih merasa lebih semangat dari pada hanya sekedar mendengar saja (monoton).
4.      Memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk sukses. Sukses yang telah dicapai oleh peserta didik akan membuahkan sebuah motivasi belajar yang sangat besar
5.      
      Berilah kemudahan dan bantuan dalam belajar. Tugas seorang guru atau pendidik disekolah tidak lain untuk membantu perkembangan siswa. Agar perkembangan peserta didik lancar, berilah kemudahan- kemudahan dalam belajar, dan janganlah guru mempersulit perkembangan belajar peserta didik  karena akan berakibat fatal kepada peserta didik.   Berikanlah sebuah pujian, ganjaran atau sebuah hadiah, karena itu sangat membuat peserta didik termotivasi, sama dengan konselor, guru- guru juga dapat membangkitkan motivasi belajar melalui pemberian pujian, ganjaran, atau kalau perlu hadiah.[11]


Undang- Undang Lembaga Bimbingan Belajar


Oleh : Drs. H. Teguh Sunaryo

Staff Ahli GM Primagama & Direktur PT. DMI INDONESIA

LEMBAGA BIMBINGAN BELAJAR

Setiap fakta selalu ada fenomenanya, dan setiap fenomena selalu ada pro dan kontranya, tidak terkecuali dengan adanya Lembaga Bimbingan Belajar. Ada yang melihat secara positif tetapi juga ada yang melihat secara negatif. Pada akhirnya sepakat atau tidak sepakat, jika sesuatu yang menjadi obyek pro dan kontra itu bermanfaat bagi publik maka kehadirannya akan selalu dibutuhkan dan diharapkan dan sebaliknya apabila ia tidak memberikan manfaat atau nilai tambah maka dengan sendirinya walau kita dorong-dorong maka ia akan punah juga. Nah dengan demikian apa yang harus kita risaukan atas kehadiran “segala sesuatu” jika nyata-nyata hal tersebut tidak membawa kemudharatan, dan nyata-nyata membawa manfaat bagi mereka yang telah menggunakannya (maaf bagi yang tidak menggunakan tentu tidak bisa merasakan).
Dalam kesempatan ini ada beberapa pertanyaan yang harus kita sampaikan secara lebih obyektif dengan adanya Lembaga Bimbingan Belajar :
1.      Secara hukum legal atau tidak legal ? Sah atau tidak sah ?
2.      Secara akademis, penyelenggara Lembaga Bimbingan Belajar itu orang akademis berpendidikan atau bukan ? Punya nilai akademis tidak ?
3.      Produk bimbel itu halal atau tidak ?
4.      Lembaga Bimbingan Belajar itu bermanfaat atau tidak ?
Nah selama keempat pertanyaan itu bisa dijawab dengan jujur, baik dan benar maka tidak ada alasan untuk mengatakan bahwa Lembaga Bimbingan Belajar itu adalah sebagai makhluk yang menakutkan dan mengancam. Mari kita telusuri dan kita jawab pertanyaan tersebut satu persatu dengan hati yang tulus dan pikiran yang jernih.

FAKTA HUKUM
Menurut UU No 20/2003 tentang SISTEM PENDIDIKAN NASIONAL ditegaskan bahwa sistem pendidikan nasional terdiri dari 3 (tiga) jalur pendidikan; yaitu pendidikan FORMAL, NONFORMAL dan INFORMAL. Lembaga Bimbingan Belajar masuk dalam jalur Pendidikan Non Formal (PNF) sedangkan pembinaannya masuk pada tanggungjawab Ditjen Diklusepora dalam Direktorat Pembinaan Kursus dan Kelembagaan. Sedangkan aturan lebih rinci untuk pembinaan terhadap kursus ini diatur dalam Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Kepmendikbud) Nomor 0151/U/1977 tentang Pokok-pokok Pelaksanaan Pembinaan Program Pendidikan Luar Sekolah yang diselenggarakan masyarakat.

Pengertian kursus dalam Keputusan Direktur Jenderal Pendidikan Luar Sekolah, Pemuda, dan Olahraga (Kepdirjen Diklusepora) Nomor: KEP-105/E/L/1990 sebagai berikut:
Kursus pendidikan luar sekolah yang diselenggarakan masyarakat selanjutnya disebut kursus, adalah satuan pendidikan luar sekolah yang menyediakan berbagai jenis pengetahuan, keterampilan, dan sikap mental bagi warga belajar yang memerlukan bekal dalam mengembangkan diri, bekerja mencari nafkah dan melanjutkan pendidikannya ke jenjang yang lebih tinggi. Kursus dilaksanakan oleh dan untuk masyarakat dengan swadaya dan swadana masyarakat.

Dari beberapa informasi tersebut diatas maka jelas bahwa keberadaan Lembaga bimbingan Belajar adalah resmi, legal, sah dan diatur dalam Undang-undang Negara Republik Indonesia. Maka bagi siapa saja yang menggugat keberadaan kursus atau Lembaga Bimbingan belajar perlu dipertanyakan wawasan nasionalismenya, dimanakah pemahamannya tentang Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional. Dimanakah pengakuannya terhadap keberadaan suatu Undang-Undang. Terlebih jika yang menggugat keberadaan lembaga kursus tersebut adalah seorang PNS, jangan-jangan iapun jadi pegawai tidak legal karena tidak memahami arti dan makna sebuah perintah Undang-Undang.

FAKTA AKADEMIS
Penyelenggara lembaga kursus (termasuk Lembaga Bimbingan Belajar) adalah orang-orang yang pernah kuliah, bahkan sebagian besar pernah kuliah di PTN ternama di Indonesia. Lembaga Bimbingan Belajar adalah kumpulan dari para alumni dari ilmu keguruan dan sekaligus alumni dari universitas ternama, sehingga reltif lebih dinamis dan berkualitas. Banyak para tenaga pengajarnya IP nya tinggi-tinggi. Pengajar matematikanya pun tidak hanya berasal dari jurusan matematika pada ilmu keguruan tetapi juga kombinasi dari Fakutas MIPA dari sebuah universitas (bukan keguruan), dari Fakultas Teknik, dll. Sedangkan tenaga pengajar biologinya juga tidak hanya berasal dari jurusan biologi keguruan, tetapi juga berasal dari Fakultas Biologi universitas, dari Fakultas Kedokteran, dst. Nah jadi secara akademis keilmuannya tidak boleh dipandang dengan sebelah mata. Maaf, rata-rata nilai anak SMA yang tertinggi itu masuk kuliah, pilihan utamanya adalah di sebuah universitas bukan di ilmu keguruan. Jadi kebanyakan mereka yang menjadi tenaga pengajar di Lembaga Bimbingan Belajar adalah anak-anak bangsa yang berprestasi.


PRODUK BIMBEL
Ada dua macam produk bimbingan belajar, yaitu modul sebagai sarana belajar dan intruktur sebagai tenaga pengajar. Modul yang dikeluarkan oleh Lembaga Bimbingan Belajar bisa dininai dan dievaluasi, semua pelajaran eksaknya atau IPA nya rumusnya sama dengan sekolah formal yang rumus-rumus dasarnya juga diimport dari simbah Einsten dan teman-temannya dari negeri seberang sana.  Kualitas tenaga pengajarnya juga banyak yang merangkap kerja menjadi Guru di sekolah-sekolah ternama. Jadi dengan produk bimbel apa yang aneh ? Latihan soal-soalnya juga diambilkan dari beberapa soal yang pernah keluar dari UNAS dari UMPTN dan sejenisnya yang telah dikeluarkan oleh lembaga resmi pemerintah (Kemendiknas). Sehingga jika ada yang aneh tentang bimbel itu letaknya dimana ? Atau pada cara mengajarnya ? Kalau yang disoroti tentang cara mengajarnya dan metoda pengajarannya itu adalah seni dan hasil kreasi, jika tidak percaya bisa dilombakan saja antara kelompok pro bimbel dan anti bimbel mana yang lebih cerdas dan lebih terampil ? Mana yang lebih jujur dan lebih sportif ? Agar semua lebih transparan, terbuka dan disaksikan oleh publik, agar lebih ilmiah dan lebih barokah.

MANFAAT BIMBEL
Sebenarnya yang paling berhak menilai besarnya manfaat atas sebuah produk adalah penggunanya itu sendiri. Bagaimana bisa bercerita secara detail dan mendalam jika menggunakan saja kita belum pernah. Nah untuk manfaat bimbel yang paling utama adalah :
Membiasakan anak didik untuk selalu rajin belajar baik disaat di sekolah maupun diluar sekolah.
Membiasakan berkompetisi antar siswa antar sekolah agar tidak menjadi jago kandang. Membiasakan belajar antar siswa antar sekolah agar terjadi jaringan antar pelajar antar sekolah untuk mengurangi perkelahian pelajar antar sekolah dan menciptakan ukuwah tanpa membedakan kasta (Menjauhkan kesan sekolah/ kampus sebagai menara gading). Sekolah Negeri dan Sekolah Swasta, Sekolah Kota dan Sekolah Desa. Prestasi bisa hadir di Kota dan di Desa, di Negeri dan Swasta. Kebiasaan baik bisa tumbuh dimana-mana, banyak orang istimewa lahir dari orang biasa.
Membantu meningkatkan daya juang siswa, dimana anak-anak yang ikut bimbel sehabis pulang sekolah bukannya langsung tidur siang tetapi malah pergi belajar ke bimbel. Mencari ilmu tidak harus menunggu gagal terlebih dahulu, ikut bimbel tidak harus menunggu sekolahannya jelek terlebih dahulu, sekolahannya bagus sekalipun yang namanya menuntut ilmu itu berlaku sepanjang hayat. Sebagai “tempat bermain” yang positif, dimana banyak orangtua, ayah dan ibu, yang kedua-duanya sibuk mencari nafkah diluar rumah. Sehingga sebagian orangtua siswa bimbel menganggap bimbel adalah “Taman Pintar” bagi putra-putrinya.

Saat anak-anak ada diluar jam sekolah, mereka memiliki kemerekaannya sendiri untuk mengisi dan mengelola waktu pribadinya, sehingga guru dan pendidik tidak perlu tersinggung selama kegiatan yang dipilihnya bersifat positif, terlebih ikut bimbel sepulang sekolah, ikut nonton sepakbola saja mereka bebas merdeka, main ke mall dengan ortunya, dst, juga halal. Mengurangi rasa cemas menghadai unas dan menambah rasa pede menghadapi momentum tes. Tidak perlu bocoran soal, kunci jawaban gelap, dan tim sukses yang ilegal. Mengurangi angka ketidaklulusan suatu sekolah dan suatu daerah (Provinsi, Kota, Kabupaten).
Meningkatkan kecerdasan dan nilai para siswa di sekolah.

KESIMPULAN

Bahwa ada bimbel yang baik dan bermasalah itu fakta, sebagaimana ada pula sekolah yang baik dan sekolah yang bermasalah. Bahwa kemajuan generasi muda anak bangsa itu tanggungjawab bersama adalah fakta, maka perlu kerjasama yang baik antara sistem pendidikan informal, formal dan nonformal, sebagaimana telah diatur di dalam Undang-Undang, bukan malah mengkhianati Undang-Undang. Bahwa mencari pekerjaan yang layak adalah hak setiap orang yang telah diatur menurut Undang-Undang itu fakta dan harus dihargai.

Bahwa menuntut ilmu itu hak setiap orang, termasuk bagi orang yang belum cerdas maupun yang telah cerdas sekalipun. Siswa yang posisinya rangking satu dikelaspun tidak ada larangan ikut bimbel apalagi yang belum juara. Ini berarti tidak selamanya saat ada siswa masuk ikut bimbel bisa disimpulkan bahwa sekolahannya dan gurunya sedang bermasalah. Bahwa setiap insan intelektual itu harus menunjukkan sikap yang intelektual pula, menerima sesuatu secara intelektual, menolak sesuatu juga secara intelektual, termasuk mengomentari sesuatu juga secara intelektual, proporsional dan profesional.

Dalam era reformasi dan demokratisasi ini melihat segalanya serba mungkin, hargailah perbedaan pendapat dan biarkan setiap siswa dan warga dunia bebas menentukan pilihannya selama tidak melanggar norma-norma sosial kemasyarakatan dan norma hukum yang berlaku pada suatu negara. Lembaga Bimbingan Belajar telah mampu dan membuktikan untuk mempertemukan orang-orang yang hobi mengajar secara profesional dan bertanggungjawab, baik dari kalangan ilmu keguruan mapun dari kalangan non keguruan (universitas non kependidikan). Di bimbel mereka bisa kompak duduk sama rendah berdiri sama tinggi dengan satu tujuan siswa-siswanya senang belajar dan semangat berprestasi.

Semua Lembaga Bimbingan Belajar akan sangat terbuka untuk bekerjasama dengan pihak sekolah, tetapi apakah pihak sekolah akan sama terbukanya juga untuk bekerjasama dengan suatu Lembaga Bimbingan Belajar. Disitulah nampaknya pemahaman kita sebagai warganegara terhadap Undang-Undang harus lebih ditingkatkan, dan pemahaman akan arti suatu esensi kerjasama lebih diperdalam lagi. Tolaklah produk yang buruk, jangan menolak sesuatu hanya karena asumsi apalagi hanya karena jaga image (jaim) semata.
Persoalan bangsa sudah cukup berat, mari kita bahu membahu untuk berjamaah dan bekerjasama dalam kebaikan, jangan saling berburuk sangka, dan kuatkan persatuan menuju bangsa bermartabat, berkualitas, transparan, jujur dan berkeadilan.

Meningkatkan motivasi belajar siswa dengan Bimbingan Belajar


BAB I
PENDAHULUAN
Latar Belakang Masalah
            Pendidikan  berproses sekurang-kurangnya dalam tiga bidang yaitu, kurikulum dan pembelajaran, manajemen pendidikan, dan bimbingan konseling. Ketiganya mengarah pada satu tujuan, yaitu mengembangkan potensi yang dimiliki oleh peserta didik.
Guru BK (konselor) adalah pendidik yang memfasilitasi perkembangan seluruh potensi siswa dari berbagai aspek, mulai dari aspek pribadi, psikologi, maupun dari aspek sosial. Guru BK memberikan bimbingan dalam menyiapkan siswa menentukan pilihannya secara mandiri.
            Seluruh siswa memerlukan BK (bimbingan- konseling) mulai jenjang paling rendah sampai jenjang paling tinggi, dan mulai dari kemampuan paling tinggi apalagi yang rendah. Karena BK tidak hanya berurusan dengan kemampuan akademik saja melainkan mencakup semua aspek yang dimiliki oleh siswa, sehigga minat dan motivasi belajar siswa bangkit dan potensi serta kepribadiannya berkembang secara optimal.
            Dalam makalah ini akan membahas bagaimana seorang pendidik atau konselor mengatasi siswa / siswi yang kurang motivasi belajarnya.

Rumusan Masalah
  • Apa bimbingan itu?
  • Apa pengertian motivasi?
  • Apa definisi bimbingan belajar?
  • Apa saja sebab-sebab kurangnya motivasi belajar siswa itu?
  • Bagaimana pendidik / konselor mengatasi siswa yang kurang motivasi belajarnya?





BAB II
PEMBAHASAN
  1. A.     Uraian Tentang Bimbingan
Stone dan Sherter merumuskan bimbingan sebagai process of helping individuals to understand themselves and their world.
Sedangkan dalam kurikulum 1975 mengartikan bimbingan adalah suatu proses bantuan khusus yang diberikan kepada siswa dengan memperhatikan kemungkinan- kemungkinan dan kenyataan- kenyataan adanya kesulitan yang dihadapinya dalam rangka perkembangannya yang optimal, sehingga mereka dapat memahami diri, mengarahkan diri, dan bertindak serta bersikap dengan tuntutan dan keadaan sekolah , keluarga dan masyarakat.[1]
Berdasarkan pasal 27 peraturan pemrintah nomor 29/90, “bimbingan merupakan bantuan yang diberikan kepada siswa dalam rangka upaya menemukan pribadi, mengenal lingkungan, dan merencankan masa depan”(Depdikbud, 1994).[2]
  1. B.     Pengertian Motivasi
Motivasi dapat didefinisikan dengan segala sesuatu yang mana menjadi pendorong tingkah laku yang menuntut atau mendorong seseorang untuk memenuhi kebutuhannya.  Menurut M. Utsman Najati, Motivasi adalah kekuatan penggerak yang membangkitkan aktifitas pada makhluk hidup, dan menimbulkan tingkah laku serta mengarahkan menuju tujuan tertentu. [3]
Motivasi memegang peranan yang sangat penting dalam kegiatan belajar, mempengaruhi intensitas kegiatan belajar, tetapi motivasi dipengaruhi oleh tujuan yang akan dicapai dengan belajar. Makin tinggi tujuan belajar maka akan semakin besar pula motivasinya, dan semakin besar motivasi belajarnya akan semakin kuat pula kegiatan belajarnya. Ketiga komponen kegiatan atau perilaku belajar tersebut, saling berkaitan erat dan membentuk suatu kesatuan yang disebut sebagai proses motivasi belajar. Proses motivasi belajar ini meliputi tiga langkah yaitu;
1)   Adanya suatu kondisi yang terbentuk dari tenaga-tenaga pendorong belajar (desakan, motif, kebutuhan, dan keinginan belajar ) yang menimbulkan suatu ketegangan atau tenson.
2)  Berlangsungnya kegiatan atau perilaku belajar yang diarahkan pada pencapaian tujuan belajar akan mengendurkan atau menghilangkan ketegangan.
3)   Pencapaian tujuan belajar dan berkurangnya atau hilangnnya ketegangan. 

[4] Sumber motivasi dapat datang dari dirinya, kesadaran dan pemikiran dirinya, dapat juga dari luar, dari orang tua, guru-guru, sekolah, teman-teman, bahkan dari masyarakat dan mediamassa. Orang tua dan sekolah hendaknya menciptakan lingkungan dan menjalin hubungan dengan peserta didik agar tercipta motivasi positif terhadap belajar. Sebaliknya menjauhkan dengan hal-hal yang kemungkinan menimbulkan motivasi negatif terhadap kegiatan belajar siswa.

Motivasi belajar adakalanya  muncul dan sejalan dengan tujuan belajar, seperti menguasai ilmu pengetahuan, memiliki kecakapan atau kompetensi, motivasi yang seperti ini termasuk pada motivasi intrinsik, sedangkan motivasi ekstrinsik yaitu motivasi belajar yang didorong hal lain diluar  belajar, akan tetapi masih ada hubungannya dengan belajar atau hasil belajar, seperti ingin mendapatkan ijazah, ingin diterima di sekolah favorit, ingin di sayang orang tua dsb.

[5] Didalam program bimbingan dan konseling baik motivasi positif maupun motivasi negatif sama pentingnya. Motivasi positif dalam rangka pengembangan dan penyaluran bakat, minat serta dalam pemberian treatment kepada siswa. Motivasi negatif juga penting sebab peserta didik memperlihatkan tingkah laku belajar yang tidak produktif karena adanya motivasi negatif tertentu. Dengan demikian motivasi negatif dibutuhkan dalam memahami latar belakang suatu masalah, sedangkan motivasi positif diperlukan dalam pemecahan masalah.
Dibawah ini adalah bentuk-bentuk perilaku kurang motivasi belajar antara lain:
  1. Kelesuan dan ketidakberdayaan, seperti;  malas, enggan, lambat bekerja, mengulur waktu, pekerjan tidak selesai, kurang konsentrasi, acuh tak acuh, apatis, sikap jasmani yang kurang baik, perasaan pusing-pusing, mual, mengantuk dan sebagainya.
  2. Penghindaran atau pelarian diri, seperti; absen sekolah, bolos, tidak mengikuti pelajaran tertentu, tidak mengerjakan tugas, tidak mencatat, pelupa dan sebagainya.
  3. Penentang, seperti; kenakalan, suka mengganggu, merusak, tidak menyukai sesuatu pelajaran atau kegiatan, mengkritik, berdalih, dan sebagainya.
  4. Kompensasi, seperti; mencari kesibukan lain diluar pekerjaan, mengerjakan tugas lain pada waktu belajar, mendahulukan pekerjaan yang tidak penting dan sebagainya.[6]
  1. C.     Definisi Bimbingan Belajar
Bimbingan belajar atau akademik ialah bimbingan dalam hal menemukan cara belajar yang tepat, dalam memilih program studi yang sesuai, dan dalam mengatasi kesukaran- kesukaran yang timbul berkaitan dengan tuntutan- tuntutan belajar di suatu institusi pendidikan.[7]
Belajar merupakan semua aktifitas yang dilakukan peserta didik untuk menguasai pengetahuan dan kemampuan atau kompetensi, yang mana dapat berlangsung disekolah ataupun diluar sekolah, pembelajaran merupakan kegiatan belajar yang dilaksanakan di sekolah bersama guru atau dengan bimbingan guru. Keberhasilan belajar dan pembelajaran sangat dipengaruhi oleh motivasi, sebab motivasi belajar dapat diumpamakan mesin atau motor yang menggerakkan perahu belajar. Parapeserta didik yang belajar secara teratur, rajin, sungguh- sungguh, tekun dsb karena mereka memiliki motivasi belajar yang kuat.[8]
  1. D.    Sebab- Sebab Kurang Motivasi Belajar
Tugas guru dalam mengajar dikelas tidak hanya menyajikan bahan pelajaran, tetapi juga menciptakan situasi kelas, interaksi, kerjasama, memberikan arahan, petunjuk, penjelasan, serta dorongan, rangsangan, motivasi agar peserta didik belajar secara optimal.
Proses penguasaan pengetahuan, nilai- nilai, keterampilan dan pengembangan kemampuan berfikir membutuhkan suasana lingkungan yang kondusif, terutama suasana lingkungan sosial dalam kelas. Kondisi emosional para peserta didik akan berpengaruh besar terhadap perkembangan kemampuan berfikir, keterampilan, bahkan keseluruhan pribadi siswa. Suasana kelas yang kondusif, hubungan antar teman yang akrab, perlakuan guru yang bersahabat dapat membangkitkan kegairahan dan motivasi belajar. Dalam penciptaan kondisi kelas tersebut peranan guru sangat penting, karena di dalam kelas guru adalah pengelolah, pemimpin, dan panutan siswa, selain itu dia juga sebagai sumber belajar, sumber insprirasi dan motivasi. Dengan demikian suasana kelas dan perlakuan guru dapat menjadi penyebab pertama besar atau kecilnya motivasi belajar siswa.

Penyebab kedua yaitu datang dari lingkungan keluarga, yang mana lingkungan keluarga ini sangat amat berpengaruh pada kurangnya motivasi belajar siswa. Orang tua dalam keluarga juga berperan menciptakan suasana belajar yang kondusif dirumah, menyediakan sarana dan fasilitas belajar yang dibutuhkan oleh siswa.
Situasi hubungan sosial, suasana emosional dan disiplin yang demikian akan menumbuhkan suasana yang hebat, membangkitkan motivasi dan memperlancar perkembangan belajar para siswa. Sebaliknya hubungan sosial yang banyak mengandung sikap curiga, permusuhan, ketidakpercayaan, suasana emosi yang tawar atau cenderung ke arah kebencian, penerapan disiplin yang bersifat otoriter, dsb cenderung akan menurunkan motivasi, dan menghilangkan gairah belajar.

Disamping faktor lain yang bersumber dari sekolah dan keluarga, motivasi belajar dapat datang dari diri peserta didik sendiri. Kondisi kesehatan yang prima, baik kesehatan jasmani maupun rohani menjadi dasar yang kuat bagi tumbuhnya motivasi belajar.  Kondisi kesehatan akan berkembang persepsi, sikap yang sehat dan realistik, emosi yang stabil. Keceriaan, kesenangan, kebahagiaan dsb. Sedangkan kondisi yang kurang sehat maka akan menumbuhkan kondisi sosial yang kurang sehat pula, dan dapat menjadi pangkal dari rendahnya motivasi untuk maju, motivasi untuk berprestasi. Tumbuhnya kondisi pribadi yang sehat juga dilatar belakangi oleh dasar- dasar yang dikembangkan olah keluarga. Keluarga terutama ayah dan ibu memegang paranan kunci dalam pembentukan pribadi anak, dan memberi dasar- dasar bagi kemajuan belajarnya.[9]
  1. E.     Solusi Mengatasi Kurang Motivasi Belajar Siswa
Kurang atau rendahnya belajar seorang  peserta didik bukan suatu hal yang tanpa sebab, akan tetapi ada sebabnnya. Yang mana telah dikemukakan di depan bahwa sebab- sebab rendahnya atau kurangnya motivasi belajar siswa itu berasal dari guru, sekolah, dan teman- temannya, dari pihak keluarga terutama ayah dan ibu atau saudara- saudaranya, dan juga berpangkal dari diri sendiri, kesehatan pribadi dan reaksi- reaksi terhadap lingkungannya. Untuk membantu peserta didik yang kurang motivasi belajar, perlu kita ketahui terlebih dahulu hal- hal yang melatar belakanginya. Seperti halnya pada masalah bimbingan dan konselig pada umumnya, pada masalah rendahnya motivasi belajar yang dicoba diperbaiki atau dihilangkan bukan motivasinya tetapi hal- hal yang melatar belakanginya.
Disamping pemberian layanan- layanan secara khusus terhadap peserta didik yang kurang memiliki motivasi belajar, dengan latar belakang masing- masing yang secara khusus pula, konselor atau guru pembimbing dapat melakukan berbagai kegiatan untuk meningkatkan motivasi belajar para siswa. Pembangkitan motivasi ini dapat dilakukan secara langsung oleh konselor atau guru pembimbing sendiri, dapat  juga dilakukan melalui guru kelas, guru bidang studi atau guru- guru pembina kegiatan ekstra kurikuler.
Dibawah ini beberapa upaya untuk mengatasi kurangnya motivasi belajar siswa yang dilakukan oleh konselor antara lain:

1. Konselor dapat memberikan informasi, penjelasan disertai dengan contoh- contoh tentang pentingnya belajar, kemajuan- kemajuan yang dapat dicapai dalam belajar, orang- orang sukses karena rajin dan giat belajar.
2. Terhadap kelas, kelompok atau individu peserta didik yang berprestasi diberi pujian, ganjaran ataupun hadiah. Untuk membangkitkan motivasi belajar secara sederhana konselor dapat melakukan melalui pemberian pujian. Pujian akan membangkitkan semanagat.
3. Penghargaan terhadap pribadi anak, semua orang termasuk anak- anak dan remaja ingin diterima dan dihargai. Upaya untuk membangkitkan motivasi belajar perlu dilandasi oleh sikap dan penerimaan yang wajar dan konselor terhadap keberadaan dan pribadi siswa.[10]
  Dibawah ini beberapa upaya untuk mengatasi kurangnya motivasi belajar siswa yang dilakukan oleh guru antara lain:
a.       Menjelaskan manfaat dan tujuan dari pembelajaran yang diberikan. Tujuan yang jelas dan manfaat yang betul- betul dirasakan oeh peserta didikkanmembangkitkan motivasi belajar siswa.
b.      Memilih materi yang atau bahan pembelajaran yang benar- benar dibutuhkan oleh peserta didik, yang mana yang dibutuhkan akan menarik minat siswa, dan minat merupakan salah satu bentuk dari motivasi.
c.       Memilih cara penyajian yang bervariasi yang mana sesuai dengan kemapuan peserta didik dan banyak memberi kesempatan kepada peserta didik untuk ikut andil atau berpartsipasi dalam kelas tersebut, yang mana peserta didik akan lebih merasa lebih semangat dari pada hanya sekedar mendengar saja (monoton).
d.      Memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk sukses. Sukses yang telah dicapai oleh peserta didik akan membuahkan sebuah motivasi belajar yang sangat besar
e.       Berilah kemudahan dan bantuan dalam belajar. Tugas seorang guru atau pendidik disekolah tidak lain untuk membantu perkembangan siswa. Agar perkembangan peserta didik lancar, berilah kemudahan- kemudahan dalam belajar, dan janganlah guru mempersulit perkembangan belajar peserta didik  karena akan berakibat fatal kepada peserta didik.
f.       Berikanlah sebuah pujian, ganjaran atau sebuah hadiah, karena itu sangat membuat peserta didik termotivasi, sama dengan konselor, guru- guru juga dapat membangkitkan motivasi belajar melalui pemberian pujian, ganjaran, atau kalau perlu hadiah.[11]


BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
            Dari pemaran diatas dapat disimpulkan bahwa kesulitan atau kurangnya motivasi belajar siswa itu meliputi beberapa hal natara lain;
Þ    Tidak ada kesiapan fisik dan mental untuk menerima pelajaran karena terlalu lelah dab tidak ada kesempatan belajar dirumah, tidak 
Þ    Tidak konsentrasi dalam belajar karena merasa takut, dibenci dan merasa selalu di hokum oleh guru
Þ    Tidak ada dorongan untuk mencapai suatu cita- cita yang tinggi dari orang tua karena latar belakang pendidikan dan kognisi sosi- ekonomi yang kurang atau lemah
Þ    Kurang motivasi belajar karena kurangnya rangsangan dari ligkungan untuk giat belajar
Sebab- sebab dari kurangnya motivasi belajar itu meliputi dari lingkungan yang kurang kondusif, dukungan dari keluarga, kesehatan peserta didik (mental)
Upaya untuk dapat mengatasi kurang motivasi belajar siswa yang dilakukan oleh pendidik atau konselor antara lain:
Þ    Konselor dapat memberikan informasi
Þ    Menjelaskan manfaat dan tujuan dari pembelajaran yang diberikan
Þ    Berikanlah sebuah pujian, ganjaran atau sebuah hadiah
Þ    Berilah kemudahan dan bantuan dalam belajar
Þ    Memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk sukses



DAFTAR PUSTAKA
Muhbib Abdul Wahab, Abdul Rahman Shaleh, psikologi suatu pengantar dalam perspektif Islam. Prenada Media,Jakarta, 2004.
Sukmadinata, Nana Syaodih, Bimbingan dan Konseling Dalam Praktek Mengembangkan Potensi dan Kepribadian siswa, Maestro.Bandung, 2007.
            Sukardi, Dewa Ketut, Pengantar Pelaksanaan Program Bimbingan dan Konseling Disekolah,  PT. Rieneka Cipta, Jakarta, 2002.
Gunawan, Yusuf, , pengantar bimbingan dan konseling, PT. Prenhanlindo,Jakarta, 2001

[1]. Yusuf, Gunawan, pengantar bimbungan dan konseling, PT. Prenhanlindo,Jakarta, 2001. Hal: 40
[2].  Dewa Ketut Sukardi, Pengantar Pelaksanaan Program Bimbingan dan KOnseling Disekolah,  PT. Rieneka Cipta,Jakarta, 2002. Hal: 19
[3] . Abdul Rahman Shaleh, Muhbib abdul Wahab, psikologi suatu pengantar dalam perspektif Islam. Prenada Media,Jakarta, 2004. Hal: 132
[4] . Nana Syaodih Sukmadinata, Bimbingan dan Konseling Dalam Praktek Mengembangkan Potensi dan Kepribadian siswa, Maestro.Bandung, 2007. Hal: 382
[5].  Nana Syaodih Sukmadinata………. Hal: 387
[6] . Nana Syaodih Sukmadinata………. Hal: 38
[7] . Dewa Ketut Sukardi, …………………Hal: 40  
[8].  Nana Syaodih Sukmadinata………. Hal: 381
[9] . Nana Syaodih Sukmadinata………. Hal: 391
[10] . Nana Syaodih Sukmadinata………. Hal: 408
[11] . Nana Syaodih Sukmadinata………. Hal: 409

Konsep Dasar Bimbingan Belajar


Konsep Dasar Bimbingan Belajar
  1. Pengertian Bimbingan Belajar
Menurut A J Jones, bimbingan belajar merupakan suatu proses pemberian bantuan seseorang pada orang lain dalam menentukan pilihan dan pemecahan masalah dalam kehidupannya.
Menurut L D Crow dan A Crow, bimbingan belajar merupakan suatu bantuan yang dapat diberikan oleh seseorang yang telah terdidik pada orang lain yang mana usianya tidak ditentukan untuk dapat menjalani kegiatan dalam hidupnya.
Jadi, bimbingan belajar adalah suatu bentuk kegiatan dalam proses belajar yang dilakukan oleh seseorang yang telah memiliki kemampuan lebih dalam banyak hal untuk diberikan kepada orang lain yang mana bertujuan agar orang lain dapat menemukan pengetahuan baru yang belum dimilikinya serta dapat diterapkan dalam kehidupannya.

2. Latar Belakang Bimbingan Belajar
Suatu kegiatan yang dilaksanakan sudah pasti memiliki latar belakang. Demikian pula halnya dengan layanan bimbingan belajar. Kegiatan bimbingan belajar dilaksanakan karena dilatar belakangi oleh beberapa hal, sebagai berikut:
1. Adanya criterion referenced evaluation yang mana mengklasifikasikan siswa berdasarkan keberhasilan mereka dalam menguasai pelajaran. Dan kualifikasi itu, antara lain :
a. Siswa yang benar-benar dapat meguasai pelajaran.
b. Siswa yang cukup menguasai pelajaran.
c. Siswa yang belum dapat menguasai pelajaran.
2. Adanya kemampuan/tingkat kecerdasan dan bakat yang dimiliki oleh tiap siswa yang mana berbeda dengan siswa yang lainnya. Dimana klasifikasi siswa tersebut antara lain :
a. Siswa yang prestasinya lebih tinggi dari apa yang diperkirakan berdasarkan hasil tes kemampuan belajarnya.
b. Siswa yang prestasiya memang sesuai dengan apa yang diperkirakan berdasarkan tes kemampuan belajarnya.
c. Siswa yang prestasinya ternyata lebih rendah dai apa yang diperkirakan berdasarkan hasil tes kemampuan belajarnya.
3. Adanya penerapan waktu untuk menyelesaikan suatu program belajar. Dan klasifikasi siswa dalam hal ini antara lain :
a. Siswa yang ternyata dapat menyelesaikan pelajaran lebih cepat dari waktu yang disesuaikan.
b. Siswa yang dapat menyelesaikan pelajaran sesuai waktu yang telah disesuaikan.
c. Siswa yang ternyata tidak dapat menyelesaikan pelajaran sesuai dengan waktu yang telah ditentukan.
4. Adanya penggunaan norm referenced yang mana membandingkan prestasi siswa yang satu dengan yang lainnya. Dan klasifikasi siswa berdasarkan perstasinya itu antara lain :
a. Siswa yang prestasi belajarnya selalu berada di atas nilai rata-rata prestasi kelompoknya.
b. Siswa yang prestasi belajarnya selalu berada di sekitar nilai rata-rata dari kelompoknya.
c. Siswa yang prestasinya selalu berada di bawah nilai rata-rata prestasi kelompoknya.
Setelah mengetahui begitu banyak permasalahan yang dihadapi oleh setiap siswa dalam kegiatan belajarnya, maka diperlukanlah suatu bentuk layanan bimbingan belajar. Hal ini dimaksudkan agar para siswa yang memiliki permasalahan dalam belajarnya dapat segera memperoleh bantuan atau bimbingan dalam kegiatan belajar yang diperlukannya. Jadi, layanan bimbingan belajar sangat diperlukan oleh semua orang yang sedang melakukan proses atau kegiatan belajar.

3. Jenis Layanan Bimbingan Belajar dalam Kaitannya dengan PBM
Seorang guru dalam memberikan layanan bimbingan belajar harus tetap berporos pada terselenggaranya Proses Belajar Mengajar. Oleh karena itu, diperlukanlah suatu jenis layanan bimbingan belajar yang berkaitan dengan Proses Belajar Mengajar. Maka jenis layanan bimbingan belajar dalam konteks Proses Belajar Mengajar yang dapat dan seyogianya dijalankan oleh para guru, antara lain :
a. Mengumpulkan informasi mengenai diri siswa
b. Memberikan informasi mengenai berbagai kemungkinan jenis program dan kegiatan yang sesuai dengan karakteristik siswa.
c. Menempatkan siswa dengan kelompok belajar yang sesuai
d. Memberikan program belajar yang sesuai
e. Mengidentifikasi siswa yang diduga mengalami kesulitan belajar
f. Membuat rekomendasi tentang kemungkinan usaha selanjutnya
g. Melakukan remedial teaching

4. Prosedur dan Strategi Layanan Bimbingan Belajar
a. Prosedur Umum Layanan Bimbingan Belajar
Suatu layanan bimbingan belajar, pada umumnya memiliki beberapa tahap dalam kegiatannya, antara lain :
1) Identifikasi Kasus
Langkah ini dilakukan dengan mengidentifikasi siswa yang memerlukan bimbingan. Ada kalanya siswa datang langsung pada guru pembimbing untuk diberi bimbingan mengenai suatu permasalahan dalam belajar yang sedang dihadapinya. Namun, ada kalanya pula, siswa enggan untuk mendatangi guru pembimbingnya dikarenakan beberapa alasan. Maka, diperlukan suatu upaya lebih dari guru pembimbing untuk dapat memberikan bimbingan pada siswa yang benar-benar membutuhkan bimbingan, namun enggan untuk meminta bimbingan. Dan cara yang dapat dilakukan oleh guru pembimbing dalam memberikan bimbingan motivasi kepada siswa tersebut, antara lain :
(a) Call them approach
Langkah untuk memanggil setiap siswa yang ada dan melakukan wawancara face to face, maka akan diperoleh siswa yang perlu dibimbing.
(b) Maintan good relations
Langkah ini dikenal juga sebagai open door policy, yang mana diciptakan berbagai cara tidak langsung untuk memperkenalkan berbagai jenis layanan yang akan diberikan guru pembimbing untuk membantu siswanya yang tidak hanya terbatas pada hubungan belajar-mengajar di kelas saja.
(c) Developing a desire for conseling
Langkah ini dilakukan jika siswa tidak menyadari akan masalah belajar yang dialaminya, maka dilakukanlah cara:
(1) mengadiministrasikan tes inteligensi, bakat, minat, pretest atau post test dan sebagainya.
(2) mengadakan orientasi studi yang membicarakan dan memperkenalkan karakteristik perbedaan individual serta implikasinya bagi cara belajar-mengajar.
(3) mengadakan diskusi tentang suatu masalah tentang kesulitan belajar.
(d) Lakukan analisis terhadap prestasi belajar siswa mengenai beberapa siswa yang menunjukkan kelainan-kelainan tertentu.
(e) Lakukan analisis sosiometris dengan memilih temantedekat di antara sesama siswa.

2) Identifikasi Masalah
Langkah ini dilakukan untuk mengidentifikasi permalsahan yang dihadapi oleh setiap siswa. Dalam konteks PBM, permasalahannya dapat dialokalisasi dan dibatasi dengan ditinjau dari tujuan proses belajar-mengajar:
(a) Secara substansial-material, hendaknya dialokalisasi pada jenis bidang studi mana saja.
(b) Secara struktural-fungsional, permasalahan itu mungkin dapat dialokasikan pada salah satu jenis dan tingkat kategori belajar proses-proses mental dari delapan kategori belajar menurut Gagne.
(c) Secara behavioral, permasalahan mungkin terletak pada salah satu jenis dan tingkat perilaku kognitif, afektif, dan psikomotor.
(d) Mungkin terletak pada salah satu atau beberapa aspek kepribadian siswa.

3) Diagnosis
Dalam konteks PBM, kemungkinan faktor penyebab permasalahan yaitu terletak pada :
(a) raw input
(b) instrumental input
(c) enviromental input
(d) tujuan pendidikan
Cara yang dapat dilakukan untuk memperoleh informasi yang relevan dengan kemungkinan faktor penyebab permasalahan di atas, antara lain:
(a) Untuk mendeteksi raw input, perlu diadakan tes psikologi, skala penilaian sikap, wawancara bimbingan dengan yang bersangkutan, inventory, dan sebagainya.
(b) Untuk mendeteksi instrumental input, perlu dilakukan review terhadap komponen-komponen sistem instruksional yang bersangkutan dengan diadakan wawancara dan studi dokumeneter.
(c) Untuk mendeteksi enviromental input, perlu dilakukan observasi dengan analisis anecdotal records, kunjungan rumah, wawancara dengan yang bersangkutan.
(d) Untuk mendeteksi tujuan-tujuan pendidikan, perlu dilakukan analisis rasional, wawancara, dan studi dokumenter.

4) Mengadakan Prognosis
Langkah ini dilakukan setelah beberapa langkah sebelumnya telah dilakukan, dan memberikan hasil. Selanjutnya, dapat diperkirakan tentang cara mana yang mungkin dilakukan. Proses pengambilan keputusan pada tahap ini seyogianya tidak dilakukan secara tergesa-gesa, dan sebaiknya melalui serangkaian konferensi kasus.

5) Melakukan Tindakan Remedial atau Membuat Referral (Rujukan)
Jika jenis permasalahan yang dihadapi berhubungan dengan lingkungan belajar-mengajar dan guru masih sanggup mengatasi, maka perlu dilakukan tindakan remedial. Namun, jika permasalahannya sudah menyangkut aspek lain yang lebih luas lagi, maka seorang guru perlu segera melakukan referral pada ahli yang kompeten di bidangnya.

6) Evaluasi dan Follow Up
Langkah apapun yang telah ditempuh oleh seorang guru, langkah evaluasi atas usaha pemecahan masalah tersebut seyogianya dilakukan.
b. Strategi Layanan Bimbingan Belajar
Ada dua cara pendekatan dalam menggariskan strategi layanan bimbingan, yaitu :
1. Berdasarkan jenis dan sifat kasus yang dihadapinya
Sesuai dengan sifat permasalahannya, layanan bimbingan dapat diberikan kepada siswa sebagai individual dan dapat pula diberikan kepada individu dalam kelompok.
o Layanan bimbingan kelompok, diselenggarakan bila :
(1) Terdapat sejumlah individu yang mempunyai permasalahan yang sama.
(2) Terdapat masalah yang dialami oleh individu, namun perlu adanya hubungan dengan orang lain.
Layanan bimbingan ini dapat dilakukan dengan cara:
(1) Formal, seperti : diskusi, ceramah, remedial teaching, sosiodrama, dan sebagainya.
(2) Informal, seperti : rekreasi, karyawisata, student self government, pesta olah raga, pentas seni, dan sebagainya.
o Layanan bimbingan individual
Layanan ini dapat digunakan jika permasalahan yang dihadapi individu itu lebih bersifat pribadi dan memerlukan beberapa proses yang mana dapat dilakukan oleh guru atau ahli psikolog. Mungkin juga orangtua yang bersangkutan yang akan melakukannya.
2. Berdasarkan Ruang Lingkup Permasalahan dan Pengorganisasiannya
Mathewson mengidentifikasi tiga strategi umum penyelenggaraan layanan bimbingan, sebagai berikut :
a) The strategy guidence thoughout the classroom
Dalam strategi bimbingan melalui kelas ini, ada slogan yang berbunyi “Every teacher is a guidance worker”, yang artinya bahwa setiap guru adalah petugas bimbingan. Slogan ini menjiwai seluruh pemikiran dan praktik layanan sehingga bimbingan dapat selalu terlaksana.
b) The strategy of guidance throughout supplementary services
Dalam strategi bimbingan melalui layanan khusus yang bersifat suplementer ini dapat dilakukan oleh petugas khusus yang ditujukan guna mengatasi masalah pokok secara terpilih. Strategi ini merupakan pola layanan bimbingan pendidikan dan vokasional.
c) The strategy of guidance as a comprehensive process trhoughtout the whole curriculum and community
Dalam strategi bimbingan sebagai suatu proses yang komprehensif melalui kegiatan keseluruhan kurikulum dan masyarakat inimelibatkan semua komponen personalia sekolah, siswa, orangtua, dan wakil-wakil masyarakat. Strategi ini memerlukan fasilitas yang lebih lengkap dan menuntut terciptanya suatu kerja sama yang harmonis di antara semua komponen yang terlibat.

5. Sistem dan Teknik Layanan Bimbingan
a. Beberapa Sistem Pendekatan Layanan Bimbingan
Dalam buku berjudul Counseling and Psychotherapy, Rogers mengemukakan dua pendekatan layanan bimbingan, yaitu: